Tarakan – Di senja yang mulai padam di langit Tarakan, sebuah nama dipanggil dari layar pengumuman. Tabella Ismayati Assa terdiam sejenak. Tubuhnya lelah selepas latihan, namun dalam hening itulah, ia tahu hidupnya akan berubah. Namanya resmi tercantum sebagai anggota Paskibraka Nasional 2025, mewakili Kalimantan Utara ke Istana Merdeka.
“Saya sempat terpaku. Rasanya seperti mimpi,” ucap Tabella mengenang malam pengumuman yang ia saksikan bersama pembina Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tarakan. Bukan karena tak percaya diri, tapi karena perjalanan panjangnya terasa seperti tak pernah cukup untuk menembus barisan terbaik itu.
Semua berawal di bangku SMP. Ekstrakurikuler baris-berbaris kala itu hanyalah pengisi waktu senggang bersama teman. Namun begitu ia memasuki SMK, hal yang semula iseng berubah menjadi tekad. Gerak tubuhnya yang tegap dan disiplin perlahan mencuri perhatian para senior alumni PPI Kota Tarakan.
“Dilatih langsung oleh kakak-kakak PPI, saya mulai disarankan ikut seleksi calon Paskibraka kota,” tuturnya. Saran itu bukan basa-basi. Dari tingkat kota, provinsi, hingga nasional, Tabella melewati tiap ujian dengan napas panjang—tes kesehatan, TWK, TIU, PBB, hingga uji kepribadian. Setiap tahap menyisakan ketegangan.
“Nilai TWK dan TIU minimal harus 70. Kalau di bawah itu, langsung dipulangkan,” katanya, menyiratkan betapa banyak remaja yang harus menghentikan mimpinya di tengah jalan.
Kini, persiapan fisik dan mental ia kebut sebelum berangkat ke Jakarta, 15 Juli mendatang. Di Pusat Pelatihan Cibubur, ia akan menjalani 40 hari pembinaan intensif menuju pengibaran bendera pada 17 Agustus—sebuah momen sakral yang hanya diamanahkan pada segelintir anak muda dari seluruh negeri.
Meski latihan nasional dikenal keras dan penuh disiplin, semangatnya tak luntur. Ia tahu, setiap langkah di lapangan nanti akan membawanya lebih dekat ke mimpi lamanya: menjadi seorang prajurit TNI Angkatan Darat, seperti kakeknya.
“Saya ingin meneruskan jejak beliau. Paskibraka ini, bagi saya, adalah jembatan pertama,” ujar Tabella pelan, matanya menerawang jauh, seolah melihat kibaran merah putih yang suatu hari akan ia jaga, bukan lagi sebagai pelajar, tapi sebagai penjaga bangsa. (Anhar Firdaus)
Discussion about this post