TARAKAN – Kasus dugaan pembagian beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP K) di Politeknik Bisnis Kaltara memasuki babak baru. Beberapa Mahasiswa angkatan masuk 2025 menyatakan mengundurkan diri menjadi mahasiswa Politeknik Bisnis Kaltara lantaran kecewa dengan Direktur Politeknik Bisnis Kaltara yang awalnya menjanjikan KIP K bagi semua mahasiswa baru.
Salah satu mahasiswa baru Politeknik Bisnis Kaltara, Rangga (bukan nama sebenarnya) menyebutkan dirinya yang pernah berkuliah di kampus lain, namun ditawarkan bergabung dan berkuliah di Politeknik bisnis Kaltara dengan iming-iming dijanjikan mendapat beasiswa KIP Kuliah.
“Namun, setelah ditawarkan oleh pihak Poltekbiskal kalau saya pasti dapat KIPK di sana makanya saya putuskan untuk pindah,” kenang Rangga ketika diwawancarai alerta.co.id
Rangga menambahkan bahwa kampus Politeknik Bisnis tersebut menjadikan beasiswa seperti KIP K dan beasiswa lainnya sebagai branding agar orang tertarik kuliah di situ. “Ketika mereka sosialisasi, pihak kampusnya sampaikan bahwa ada 200 kouta KIP K yang dimiliki oleh Politeknik Bisnis Kaltara dan akan dibagikan kepada semua mahasiswa baru,” jelasnya.
Namun kekecewaan muncul ketika beasiswa yang dijanjikan tersebut hanya tersealisasi sebanyak 8 kuota saja. “Ini jauh sekali, kalau dari 200 menjadi setengah masuk akal lah, namun ini cuma 8,” keluh mahasiswa, Andini (bukan nama sebenarnya).
“Sempat dibilang kalau tidak salah pada saat PKKMB bahwa semua mahasiswa baru pasti dapat,” sambung Rangga. Rangga mengungkapkan bahwa dari 8 kuota KIP K yang didapatkan oleh Politeknik Bisnis Kaltara, diketahui bahwa 1 kouta KIP K itu justru dibagi menjadi 3 orang lagi.
“Akhirnya menjadi 24 orang,” singkatnya.
Ironisnya, biaya hidup KIPK sebesar Rp 5,7 Juta dipotong menjadi Rp 4,5 juta. Dana hasil potongan tersebut dibagikan menjadi 3 orang dengan alasan untuk membantu biaya kuliah teman angkatannya.
Akibat pemotongan ini, setiap mahasiswa yang menerima KIP K mendapat uang Rp 1,5 juta, namun yang diberikan oleh pihak kampus hanyak Rp 1,3 juta dan diminta menambah uang sebesar Rp 200 ribu untuk membayar uang SPP sebesar Rp 1,5 Juta.
Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, Ana Sriekaningsih, tak memberikan respons balik usai mengatur janji bertemu dengan awak media ini. (af)


Discussion about this post