TARAKAN – Kota Tarakan mencatatkan angka pengangguran sebanyak 6.216 jiwa sekaligus tertinggi di Kalimantan Utara. Dari nilai tersebut, 65,15 persen disumbang dari lulusan SLTA, dan 22,14 persen dari perguruan tinggi.
Kepala Badan Pusat Statistik Tarakan, Umar Riyadi menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan lulusan SLTA tidak mendapatkan pekerjaan. “Salah satunya seperti di SMK, yakni tidak ada kecocokan antara skil yang diasah dengan pasar yang tersedia,” ucap Umar.
Mismatch yang terjadi membuat lulusan SMK membutuhkan pelatihan tersendiri untuk bisa memenuhi kebutuhan pekerjaan, berbeda dengan lulusan SMA yang lebih mudah diterima kerja karena mereka belum terbentuk secara khusus. Alasan lain, Umar mengungkapkan lulusan perguruan tinggi banyak memilih pekerjaan yang diperuntukan bagi lulusan SLTA sehingga hal itu menggerus pasar tenaga kerja bagi mereka yang memiliki ijazah SMA atau SMK.
Membandingkan dengan lulusan sarjana, Umar mengatakan lulusan D1, D3 sampai S1 lebih memilih menganggur lantaran gaji yang mereka inginkan tidak sesuai dengan gaji yang diberikan oleh penerima kerja. “Mereka pengen kalau kerja itu minimal gaji sekian, tapi ketika pihak perusahaan, pihak pemberi kerja tidak memberikan besaran yang dia inginkan, maka mereka lebih memilih untuk tidak bekerja,” pungkas Umar. (af)
Discussion about this post