Tarakan – Proses Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang SD dan SMP di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, resmi dimulai pada Senin, 7 Juli 2025. Di tengah antusiasme masyarakat memilih sekolah terbaik bagi anak-anak mereka, sejumlah satuan pendidikan mempertegas komitmen menjaga transparansi dan integritas dalam proses pendaftaran. Salah satunya adalah SMP Negeri 7 Tarakan.
Pantauan alerta.co.id di hari pertama menunjukkan suasana pendaftaran di SMP Negeri 7 masih relatif lengang. Namun, pihak sekolah menyatakan telah siap melayani calon peserta didik. “Kami melibatkan 40 petugas, termasuk 9 operator, untuk memastikan pelayanan berjalan optimal,” ujar Kepala SMP Negeri 7 Tarakan, Budi Setyaning.
Budi mengakui, persepsi masyarakat terhadap sekolah unggulan masih sangat kuat. Hal itu tercermin dari kecenderungan pendaftaran yang menumpuk di sekolah-sekolah tertentu. Meski demikian, ia menegaskan bahwa sistem seleksi saat ini tetap mengedepankan keadilan melalui berbagai jalur penerimaan.
“Tahun ini kami menerima 220 murid melalui jalur afirmasi, mutasi, prestasi, dan domisili. Semuanya mengikuti petunjuk teknis yang berlaku. Tidak ada perlakuan khusus,” tegasnya.
Menanggapi anggapan masyarakat yang kerap melabeli SMP Negeri 7 sebagai sekolah unggulan, Budi menolak anggapan tersebut dijadikan pembenaran untuk mengabaikan aturan. Ia menyoroti praktik manipulasi domisili yang kerap terjadi menjelang pendaftaran.
“Kalau domisili baru diurus jelang PMB, ya mohon maaf, tidak bisa kami akomodasi. Tinggal lama secara faktual tidak cukup; dokumen resmi juga harus lengkap dan sah,” jelasnya.
Dijelaskan, wilayah Kelurahan Sebengkok, Pamusian, dan Kampung Satu Skip termasuk dalam zona utama SMP Negeri 7. Pendaftar dari luar zona tersebut akan secara otomatis dialihkan ke empat pilihan sekolah lainnya sesuai sistem zonasi.
Menurut Budi, orang tua seharusnya lebih memperhatikan kesiapan administrasi dibanding hanya mengejar nama sekolah. “Kalau memang mengincar sekolah tertentu, seharusnya dokumen dipersiapkan jauh hari, bukan mendadak,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa edukasi publik masih perlu diperkuat agar masyarakat tidak terjebak pada label “sekolah favorit”, melainkan memahami pentingnya pemerataan akses pendidikan bagi semua. “Sekolah bukan soal gengsi, tapi kesiapan dan tanggung jawab bersama,” pungkasnya. (af)
Discussion about this post